Kamis, 03 Maret 2011

Manusia dan Cinta Kasih

Sering kali kita menyebutkan cinta dengan seseorang yang akan kita sayangi, namun itu saja tidak cukup bagi dia untuk membalas cinta kasih kita.Oleh karena itu Cinta Kasih ini sangat bergantung sekali kepada manusia yang mempunyai hati dan jiwa yang putih. Namun tidak demikian halnya dengan mengasihi. Rasa kasih tidak dipicu oleh kenikmatan indriawi. Anda tidak mengharapkan kenikmatan indriawi dari yang Anda kasihi. Anda bisa merasakan bentuk kepuasan- batin yang lebih halus, lebih dalam ketika mengasihi dan dikasihi.
Terasa ada resapan rasa aman dan nyaman ketika Anda menerima pancaran kasih bukan? Ini banyak miripnya dengan ketika Anda menerima pancaran sayang. Mungkin oleh karenanyalah mereka seringkali digandeng menjadi `kasih-sayang'. Anda tidak melekat pada yang Anda kasihi, walaupun Anda juga menyayanginya.
Cintakasih itu bebas, tanpa batas, tanpa syarat, dengan kata lain batasnya adalah kebebasan.Sebaliknya kebebasan hanya dapat dibatasi oleh cinta kasih. Cinta kasih berarti menghargai dan menghormati harkat martabat orang lain. Anak atau manusia ada karena oleh Cinta kasih. Bukankah cintakasih dan kebebasan sebagaimana dilukiskan di atas menjiwai sepasang laki-laki dan perempuan di dalam memadu kasih, membangun hidup berkeluarga, sebagai suami isteri? Antara suami dan isteri terjadi hubungan atau komunikasi cintakasih, saling mengasihi melalui dan dengan kata maupun tindakan. Tindakah cintakasih berdua memuncak dalam persetubuhan (sehati, sejiwa, setubuh dst..), dengan kata lain persetubuhan adalah perwujudan kasih, dan ada kemungkinan menghasilkan "buah kasih" yaitu janin, anak. Dengan kata lain anak adalah "buah kasih" atau kasih. Ia "diadakan", dibesarkan, dalam dan oleh cintakasih. Ia dilahirkan dan dididik oleh orangtuanya dalam dan oleh cintakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar